Wah ini kabar baik, pasti
banyak orang yang suka,� kata Prof Dr Gumilar Rusliwa Soemantri, rektor
Universitas Indonesia. Sebagai pencinta koi Gumilar mafhum ikan hias
tawar dan laut berbeda habitat. Jika bisa hidup berdampingan jelas luar
biasa. Bima Saksono, eksportir ikan hias di Cimanggis, Depok, Jawa
Barat, pun tak pernah mendengar keduanya bisa hidup bersama di satu
akuarium.
Dokumen 1971
Menurut Yuichiro Miyauchi, staf GEX, kunci teknologi penggabungan dua
jenis ikan hias berbeda habitat itu adalah marine treatment yang
dikembangkan oleh Yamamoto Toshimasa, dosen dari Okayama University of
Science Specialized Training College. Produk itu berupa bubuk putih yang
bisa meningkatkan kadar elektrolit pada air tawar. Elektrolit merupakan
zat yang mudah terurai dalam bentuk ion-ion. Salah satu ikatan
elektrolit yang terkenal adalah NaCl alias garam.
Adaptasi
Peluang
www.trubus-online.co.id / www.kaskus.us
/�mbakmaya.com
Dian Adijaya S/Peliput: Lastioro Anmi T dan Faiz Yajri
Rabu, 29 Desember 2010
Ternyata, Ikan Air Tawar dan Air Laut Bisa dalam Satu Aquarium
18.55
WILDAN
�Keajaiban� itu
dihadirkan di Aquarama 2009 oleh produsen pakan dan aksesori akuarium
GEX Corporation asal Osaka, Jepang. Di stannya, GEX memajang kotak kaca
berukuran 100 cm x 80 cm x 60 cm yang dihuni aneka ikan hias laut dan
tawar.
Segerombol ikan badut dan
seekor kuda laut Hippocampus sp berseliweran di antara tiga ryukin dan
seekor ranchu yang asyik berenang ria di antara koral artifisial
bercorak merah dan tanaman air. Sementara ikan hias tawar lain: gurami
hias, platy, dan beberapa ekor guppy hilir mudik di dinding belakang
akuarium.
Pemandangan kontras
seperti ini tak pelak membuat puluhan pengunjung dan peserta pameran
Aquarama 2009 dari berbagai negara silih berganti melongok isi akuarium
itu. Singkat kata tak ada ucapan lain yang keluar dari mulut mereka
selain kalimat �luar biasa�. Menurut Mulyadi, ahli kimpoi suntik ikan
hias di Bandung, Jawa Barat, yang ditampilkan stan GEX itu memang
anomali. Wajar stan itu menjadi bintang di Aquarama 2009.
Terobosan ini selangkah
lebih maju dibandingkan inovasi serupa pada Aquarama 2007. Ketika itu
stan H2O Aquarium dari Singapura juga menampilkan ikan hias laut dan
tawar di satu akuarium. Namun, sesungguhnya mereka tetap hidup di dua
akuarium berbeda. Pada akuarium laut berukuran 3 m x 1 m itu dibenamkan 3
buah akuarium air tawar. Sepintas ikan laut dan tawar seperti berenang
bersama saat dilihat dari bagian depan akuarium.
Miyauchi tak bersedia
mengungkapkan duduk perkara bagaimana senyawa dalam bubuk tadi bekerja.
Namun, saat Trubus mencoba mencicipi sedikit air akuarium yang diberi
oksigen terlarut melalui aerator, terasa agak asin alias payau. Data
lain yang bisa terungkap adalah pengaruh pemberian marine treatment yang
tertuang di selembar kertas dan ditempel di sisi akuarium. Di sana
tertulis: bubuk putih, 2 unsur mineral dalam satu boks, pH 7,2 � 7,6,
salinitas 7 � 9 ppm, suhu 25?C, dan tidak beracun.
Yang tampak kasat mata,
akuarium itu memakai chiller � pendingin�yang suhunya disetel 25?C dan
filter biologis. Tak tampak protein skimmer, pengurai amoniak pada
kondisi air asin. Sebab itu Takehito Morimoto, staf lain, menyebutkan
air perlu diganti setiap 2 minggu. Kesan misterius itu belakangan
menjadi gunjingan ramai di berbagai blog pengunjung pasca � Aquarama
2009. Contoh Benny Ng asal Singapura. Di blognya Benny memajang foto
akuarium itu dan menyisip komentar, �Bagaimana caranya?�.
Penelusuran Trubus
menemukan fakta mengejutkan. Penyatuan ikan hias laut dan tawar dalam
satu akuarium bukan hal baru. Setidaknya itu tampak dari berkas dokumen
hak paten yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat dengan nomor paten
3683855 pada 1971 atas nama Tronic Product Inc asal negara bagian New
Jersey. Di sana diuraikan langkah-langkah pembuatan larutan yang mampu
membuat ikan berbeda habitat itu nyaman hidup bersama.
Larutan itu yang
dicampurkan dengan campuran air laut dan tawar pada salinitas 12 � 14
ppm. Untuk mendapatkan derajat keasaman sekitar 7,2 � 7,6 seperti
terjadi pada akuarium GEX, larutan diberi tambahan 0,75 � 1,5 g garam
silikat metal. Silikat metal terdiri atas unsur sodium dan kalium.
Selanjutnya apa yang
terjadi di tubuh ikan? Sejatinya cairan dalam tubuh ikan tawar dan laut
memiliki salinitas hampir sama meski konsentrasi garam di habitat
masing-masing berbeda. Salinitas cairan dalam tubuh ikan laut sekitar
2/5 ppm dari salinitas laut sebesar 33 ppm; ikan tawar 1/5. Agar
keseimbangan tekanan terjaga, mekanisme osmosis bekerja di tubuh ikan.
Intinya ikan akan mengatur keluar-masuk air di tubuh. Dengan alasan itu
pula larutan yang disebut di atas memiliki konsentrasi garam sesuai
kisaran salinitas cairan tubuh kedua ikan berbeda habitat, antara 1/5 �
2/5 ppm.
Larutan itu adalah
senyawa organik yang terdiri dari bahan etilen glikol dan propilen
glikol. Etilen glikol dikenal sebagai cairan tak berwarna, tak berbau,
dan berasa manis serta larut dalam air. Senyawa itu merupakan bahan baku
utama industri tekstil, cat, kanvas rem, sampai bahan antibeku.
Propilen adalah hasil samping dari pembuatan sabun dan lilin. Ia muncul
sebagai reaksi dengan asam lemak dan minyak.
Menurut Prof Dr Suharsono
ikan tawar dan laut dapat dipelihara pada satu tempat. �Pada ikan laut
ini bisa dilakukan pada ikanikan estuarin,� kata kepala Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI di Ancol, Jakarta Utara. Estuarin merujuk pada
ikan-ikan yang hidup di muara sungai. Di sana salinitas lebih kecil
sekitar 12 ppm. Di laut salinitas mencapai 33 ppm.
Sebab itu ikan muara
seperti bandeng Chanos chanos, ketang-ketang Ogcocephalus radiatus, atau
salmon tak sulit hidup meski mereka harus berada di lingkungan dengan
salinitas berbeda. �Sistem osmoregulasi mereka sudah berkembang baik.
Jadi kalau disatukan dalam kondisi payau bersama ikan tawar, ikan
estuarin lebih tahan, bahkan tanpa proses aklimatisasi,� kata doktor
bidang ekologi koral dari Departemen Biologi Universitas Newcastle Upon
Tyne di Inggris itu.
Namun, pada kasus clown
fish dan kuda laut yang dipelihara bersama-sama ikan hias tawar seperti
disaksikan di stan GEX kondisinya agak berbeda. Berbeda karena ikan
badut dan kuda laut itu murni hidup di laut, sekitar terumbu karang.
Tanpa proses adaptasi sulit rasanya bagi kedua ikan itu hidup di kondisi
payau. �Perubahan salinitas sampai di bawah 26 ppm dapat membuat ikan
laut sejati mati,� kata Suharsono. Satu-satunya cara menggunakan ikan
laut sejati hasil budidaya. Mereka lebih adaptif karena telah
dikondisikan pada salinitas lebih rendah.
Hal senada disampaikan
oleh Dra Kadek Ari yang berhasil membiakkan clown fish dan kuda laut di
luar habitat asli pada 2008. �Yang bisa hidup pasti ikan hias laut hasil
budidaya,� kata peneliti Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung itu. Foto di stan GEX yang dikirim padanya mengungkapkan hal
ini. �Dari warna tubuh clown fish, jelas ini hasil budidaya. Warna ikan
lebih muda. Ciri lain ikan terlihat akur bergerombol. Di alam tidak
seperti itu,� katanya.
Malah Kadek seperti
mengenali ikan badut di akuarium GEX itu. Maklum setelah sukses
menangkarkan, Kadek sering mengirimkan ikan badut dan kuda laut ke
Jepang. Boleh jadi itu alasan mengapa hanya ikan hias laut clown fish
dan kuda laut yang ditampilkan di akuarium GEX. Kedua ikan hias laut itu
sudah berhasil dibudidayakan.
Pada ikan hias tawar tak
perlu memakai hasil penangkaran. �Ikan tawar sebetulnya malah nyaman
berada di kondisi payau karena salinitas tubuhnya mendekati salinitas
lingkungan,� ujar Melta Rini Fahmi SPi, MSi, peneliti Loka Riset
Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Depok, Jawa Barat. Artinya ikan hias
tawar hanya cukup diaklimatisasi agar bisa hidup di kondisi sedikit
payau.
Kehadiran teknologi
penggabungan ikan hias laut dan tawar itu cukup diminati hobiis.
Grigorius Tam dari Yunani, misalnya, berharap dapat membeli produk
marine treatment sesudah resmi dilepas di pasaran oleh GEX pada Agustus
2009. Grigorius ingin mencoba sekadar bersenang-senang. �Saya punya
sebuah akuarium laut di rumah,� kata pemilik toko perlengkapan ikan hias
di Akrapolis itu.
Menurut Jemmy Gunawan di
sentra ikan hias Jalan Kartini, Jakarta, teknologi ini memang berpeluang
besar disukai hobiis. Pemilik gerai KDC itu merujuk saat ia
bereksperimen menggabungkan ikan hias laut seperti balong, kepe-kepe,
dan giro pasir, bersama tiga maskoki tossa di akuarium berukuran 60 cm x
30 cm x 20 cm pada 2007. Ini untuk pajangan di tokonya. Hasilnya? Gerai
milik Jemmy dibanjiri pengunjung. �Mereka senang melihatnya, tapi
begitu tahu harga filter yang dipakai sampai Rp80-juta, mereka mundur,�
katanya.
Syarat harga terjangkau
diungkapkan oleh Gumilar. �Hasil teknologi baru itu akan cepat diterima
hobiis bila murah dan ramah lingkungan,� ujar Gumilar. Pun Cecep Hidayat
dari Firda Aquarium di sentra ikan hias Jalan Sumenep, Jakarta Pusat,
�Kalau harganya murah pasti diminta,� ujarnya. Toh, inovasi yang
ditampilkan oleh stan GEX membuka wawasan bahwa tak ada yang tak mungkin
dicoba. Melihat maskoki dan ikan badut berenang bersama di satu
akuarium sangat menyenangkan.
Sumber :
0 comments:
Posting Komentar